MEDIA MONIKA: Media Informasi & Komunikasi Paroki Santa Monika Serpong
Informasi Penting Lain

Home

Tentang Paroki St. Monika
Dewan Paroki
Lingkungan
Warta MONIKA
Informasi Penting Lain
Album Foto
Buku Tamu
Hubungi kami

Pesan Natal Bersama

PESAN NATAL BERSAMA

PESAN NATAL BERSAMA

PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA

DAN

KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA

TAHUN 2000

 


“Yang hilang akan Kutemukan, yang tersesat

akan Kubawa pulang...”

(bdk. Yeh. 34:16).

 

 

Kepada segenap Umat Kristiani Indonesia di manapun berada. Salam sejahtera dalam kasih Yesus Kristus.

 

1.   Dengan hati penuh syukur namun tetap dalam suasana prihatin, kita merayakan Hari Natal, hari Kelahiran Yesus Kristus, Penebus Dunia. Kelahiran Yesus adalah bukti nyata bahwa Allah mengasihi manusia. Ia datang bendak memulihkan kehidupan manusia yang telah dirusak oleh dosa. Demikianlah ditulis dalam Kitab Suci:

“Inilah kasib itu: ‘Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita’ “ (1 Yoh. 4:10). Maka peristiwa Natal ini sungguh menggugah hati nurani kita, apabila kita bandingkan dengan peristiwa-peristiwa di tanah air yang kira­nya bertolak belakang dengan makna Natal. Yang kami maksudkan ialah peristiwa-penistiwa yang bertentangan dengan kasih Tuhan kepada manusia dan telah membawa korban yang tidak sedikit. Kerusuhan dan pertikaian yang berlarut-larut di Aceh, Maluku, Papua dan di berbagai daerah lainnya, membuktikan bahwa kita masih jauh dan semangat kasih Natal tersebut. Dengan Natal kita disadarkan lagi bahwa Tuhan datang dan menjadi manusia untuk membawa keselamatan. Dan keselamatan itu diperbuat-Nya bukan dengan kekerasan melainkan dengan kasih seorang bapa yang tidak menginginkan anak-anaknya hilang (bdk. Mt. 18 :14). Apalagi se­bagai Gembala, Yesus melindungi semua orang, baik yang meng­alami banyak penderitaan maupun yang kurang mengalaminya.


Tentang hal itu, Nabi Yehezkiel telah bernubuat: “Yang hilang akan Kucari, yang tersesat akan Kubawa pulang, yang luka akan Ku balut yang sakit akan Kukuatkan, serta yang gemuk dan yang kuat akan Kulindungi; Aku akan menggembalakan mereka seba­gaimana seharusnya” (Yeh. 34:16). Bahkan demi kasih-Nya yang besar itu, Ia tidak hanya memberikan pertolongan kepada manusia tetapi juga tetap tinggal bersama manusia. Maka Ia disebut Immanuel, yang berarti Allah beserta kita (bdk. Mt 1:23). Dan me­lalui perkataan dan perbuatan, Ia mengasihi semua orang tanpa membeda-bedakan latar belakang suku, keturunan, agama maupun golongan. Bagi-Nya semua orang adalah sesama saudara dalam persaudaraan sejati. Ia sendiri telah berfirman: “Barangsiapa mela­kukan kehendak Allah, dialab saudara-Ku laki-laki, dialah saudara­Ku perempuan, dialah ibu-Ku (Mk 3:35). Terlebih lagi berkat wafat dan kebangkitan-Nya yang sekaligus merupakan puncak kasih-Nya kepada manusia, Ia telah menjadi tebusan bagi semua manusia (bdk. 1 Tim 2:6a). Maka Natal memberi keyakinan bahwa kasih keselamatan Tuhan tersebut tetap berkarya di dunia ini. Sekaligus peristiwa Natal mengingatkan tugas pengutusan yang hams kita laksanakan sebagai tanggapan kepada kasih Tuhan itu. Tugas pengutusan itu ialah mengambil bagian dalam karya penyelamatan dunia. Maka dengan mengikuti Sang Gembala Agung, kita pun dipanggil untuk ikut memelihara, melindungi, menyembuhkan dan merawat kehidupan manusia. Hal itu berarti kita diperintahkan oleh-Nya untuk menjadi seperti orang Samaria yang diceritakan di dalam Injil. Seperti dia, hati kita hendaknya tergerak oleh belas kasihan, lalu pergi dan membalut luka-luka korban (bdk. Lk. 10: 23-24).

2.   Peristiwa Natal merupakan prakarsa kasih Tuhan kepada manusia. Kasih Tuhan tersebut terwujud baik dalam kegiatan keagamaan maupun dalam kegiatan-kegiatan lain di semua bidang kehidupan. Maka seluas bidang-bidang kehidupan itulah terletak tugas kita untuk menanggapi kasih Tuhan. Tindakan kasih itu perlu kita wu­judkan dengan berbagai macam karya dan kerjasarma dengan se­mua orang. Kita masih ingat akan aneka konflik antar golongan, berbagai wujud tindak kekerasan, kecenderungan main hakim sen­diri. Kita juga menyaksikan tindakan-tindakan yang tidak bertang­gungjawab, seperti korupsi, kolusi dan nepotisme. Maka semakin



nyatalah bahwa kita dituntut untuk bersedia membela kehidupan manusia, termasuk kehidupan bangsa, dan ancaman yang ingin mengorbankannya. Maka tindakan kasih itu akan memiliki makna­nya, apabila ia sampai kepada akar permasalahannya. Oleh karena itu tugas kita bersamalah untuk mengatasi krisis yang menimpa hampir semua bidang kehidupan. Kiranya semakin perlulah me­numbuh-kembangkan sikap rela untuk mengalahkan kepentingan­kepentingan yang tidak selaras atau bahkan berlawanan dengan ke­hidupan dan kesejahteraan bersama. Maka kita perlu menghindari setiap bentuk balas dendam dan provokasi. Memang, banyak hal belum terselesaikan, misalnya usaha mencari kebenaran dan keadil­an, menemukan mereka yang hilang, membantu para pengungsi, melindungi dan merawat para korban tindak kekerasan. Namun patutlah kita syukuri adanya usaha-usaha perorangan atau kelom­pok, yang tidak kenal lelah untuk melindungi hak-hak asasi manu­sia dan untuk meningkatkan usaha pembaruan secara terus-mene­rus. Kita yakin setiap usaha yang baik semacam itu selaras dengan kehendak Tuhan Sang Gembala yang amat menyayangi kehidupan. Maka sepantasnyalah kita dukung usaha-usaha mereka. Lebih dari itu kita perlu mewujudkan sikap berbelaskasih dalam tindakan nyata sebagai pemenuhan panggilan Tuhan.

3.   Dalam rangka melaksanakan perintah kasih itu, kita perlu ikut mengambil bagian dalam karya penyelamatan Tuhan yang pe-nuh belas kasih kepada kehidupan. Maka dalam semangat Natal ini, marilah kita.

 

Pertama, memperdalam penghayatan iman kita dalam rangka pen­jernihan hatinurani untuk menyayangi dan melindunginya kehi­dupan manusia dan bahaya yang mengancamnya;

 

Kedua, melanjutkan dukungan dan kerjasama dengan semua pihak untuk membantu pihak-pihak yang paling terkena oleh dampak kri­sis sosial;

 

Ketiga, mendukung setiap usaha di semua aras untuk menegakkan hukum yang berkeadilan demi keutuhan hak-hak dasar hidup manu­sia dan kesejahteraan hidup bersama;



Keempat, mengembangkan semangat persaudaraan sejati di ling-kungan sendiri dan di tengah masyarakat luas dalam rangka me-ngembangkan keutuhan hidup berbangsa dan perdamaian umat ma-nusia;

 

Kelima, mengambil bagian dalam usaha-usaha pembaruan tatanan hidup bermasyarakat, sehingga reformasi semakin mendalam dan berjalan terus menerus.

 

Semoga kasih setia Bapa, kasih persaudanaan Yesus Kristus dan cinta penghiburan Roh Kudus membawa damai sejahtera, kearifan, hatinu-rani yang jernih dan belas kasih bagi hidup bersama kita.

Manilah pula kita memasuki zaman baru milenium ketiga dengan penuh pengharapan. Kami pun mengajak saudara sekalian untuk tetap berdoa demi pulihnya kehidupan berbangsa dan kesejahteraan hidup setiap anggota bangsa kita.

Secara khusus pada kesempatan in marilah kita para pemuka jemaat dan seluruh umat dengan tulus menyampaikan rasa hormat dan persahabatan serta ucapan selamat kepada saudara-saudari kita, umat Islam, yang tengah melakukan ibadat puasa di bulan suci Ramadhan dan perayaan Idul Fitri pada 1 Syawal 1421 Hijriah, yang jatuh ber katan dengan perayaan Natal.

 

Akhirnya kami sampaikan selamat merayakan Natal tahun 2000, selamat Idul Fitri 1421 Hijriah dan Selamat Tahun Barn 1 Januani 2001.

 

     KONFERENSI WALIGEREJA              PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA

                INDONESIA                                                DI INDONESIA

 

Julius Kardinal Darmaatmadja,          SJ. Pdt. Natan Setiabudi, Ph. D.

                  Ketua                                            Ketua umum

 

 

 

     Mgr. Ignatius Suharyo, Pr.                      Pdt. Dr. I.P. Lambe

          Sekretaris Jenderal                           Sekretaris Umum



Kembali ke website St. Monika