Kepada segenap Umat Kristiani Indonesia di manapun berada. Salam
sejahtera dalam kasih Yesus Kristus.
1.Dengan hati penuh syukur namun tetap dalam suasana prihatin, kita merayakan Hari Natal, hari
Kelahiran Yesus Kristus, Penebus Dunia. Kelahiran Yesus adalah bukti nyata
bahwa Allah mengasihi manusia. Ia datang bendak memulihkan kehidupan manusia
yang telah dirusak oleh dosa. Demikianlah ditulis dalam Kitab Suci:
“Inilah kasib itu: ‘Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah
yang mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi
dosa-dosa kita’ “ (1 Yoh. 4:10). Maka peristiwa Natal inisungguh
menggugah hati nurani kita, apabila kita bandingkan dengan peristiwa-peristiwa
di tanah air yang kiranya bertolak belakang dengan makna Natal. Yang kami
maksudkan ialah peristiwa-penistiwa yang bertentangan dengan kasih Tuhan kepada
manusia dan telah membawa korban yang tidak sedikit. Kerusuhan dan pertikaian
yang berlarut-larut di Aceh, Maluku, Papua dan di berbagai daerah lainnya, membuktikan
bahwa kita masih jauh dan semangat kasih Natal tersebut. Dengan Natal kita
disadarkan lagi bahwa Tuhan datang dan menjadi manusia untuk membawa
keselamatan. Dan keselamatan itu diperbuat-Nya bukan dengan kekerasan melainkan
dengan kasih seorang bapa yang tidak menginginkan anak-anaknya hilang (bdk. Mt.
18 :14). Apalagi sebagai Gembala, Yesus melindungi semua orang, baik yang mengalami
banyak penderitaan maupun yang kurang mengalaminya.
Tentang hal itu, Nabi Yehezkiel telah bernubuat: “Yang hilang akan Kucari, yang
tersesat akan Kubawa pulang, yang luka akan Ku balut yang sakit akan Kukuatkan,
serta yang gemuk dan yang kuat akan Kulindungi; Aku akan menggembalakan mereka
sebagaimana seharusnya” (Yeh. 34:16). Bahkan demi kasih-Nya yang besar itu, Ia
tidak hanya memberikan pertolongan kepada manusia tetapi juga tetap tinggal
bersama manusia. Maka Ia disebut Immanuel, yang berarti Allah beserta kita
(bdk. Mt 1:23). Dan melalui perkataan dan perbuatan, Ia mengasihi semua orang
tanpa membeda-bedakan latar belakang suku, keturunan, agama maupun golongan.
Bagi-Nya semua orang adalah sesama saudara dalam persaudaraan sejati. Ia
sendiri telah berfirman: “Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialab
saudara-Ku laki-laki, dialah saudaraKu perempuan, dialah ibu-Ku (Mk 3:35).Terlebih lagi berkat wafat dan kebangkitan-Nya yang sekaligus
merupakan puncak kasih-Nya kepada manusia, Ia telah menjadi tebusan bagi semua
manusia (bdk. 1 Tim 2:6a). Maka Natal memberi keyakinan bahwa kasih keselamatan
Tuhan tersebut tetap berkarya di dunia ini. Sekaligus peristiwa Natal
mengingatkan tugas pengutusan yang hams kita laksanakan sebagai tanggapan
kepada kasih Tuhan itu. Tugas pengutusan itu ialah mengambil bagian dalam karya
penyelamatan dunia. Maka dengan mengikuti Sang Gembala Agung, kita pun
dipanggil untuk ikut memelihara, melindungi, menyembuhkan dan merawat kehidupan manusia. Hal
itu berarti kita diperintahkan oleh-Nya untuk menjadi seperti orang Samaria
yang diceritakan di dalam Injil. Seperti dia, hati kita hendaknya tergerak oleh
belas kasihan, lalu pergi dan membalut luka-luka korban (bdk. Lk. 10: 23-24).
2.Peristiwa Natal merupakan prakarsa kasih
Tuhan kepada manusia. Kasih Tuhan tersebut terwujud baik dalam kegiatan
keagamaan maupun dalam kegiatan-kegiatan lain di semua bidang kehidupan. Maka
seluas bidang-bidang kehidupan itulah terletak tugas kita untuk menanggapi
kasih Tuhan. Tindakan kasih itu perlu kita wujudkan dengan berbagai macam
karya dan kerjasarma dengan semua orang. Kita masih ingat akan aneka konflik
antar golongan, berbagai wujud tindak kekerasan, kecenderungan main hakim sendiri.
Kita juga menyaksikan tindakan-tindakan yang tidak bertanggungjawab, seperti
korupsi, kolusi dan nepotisme. Maka semakin
nyatalah bahwa kita dituntut untuk bersedia membela kehidupan manusia,
termasuk kehidupan bangsa, dan ancaman yang ingin mengorbankannya. Maka
tindakan kasih itu akan memiliki maknanya, apabila ia sampai kepada akar
permasalahannya. Oleh karena itu tugas kita bersamalah untuk mengatasi krisis
yang menimpa hampir semua bidang kehidupan. Kiranya semakin perlulah menumbuh-kembangkan
sikap rela untuk mengalahkan kepentingankepentingan yang tidak selaras atau
bahkan berlawanan dengan kehidupan dan kesejahteraan bersama. Maka kita perlu
menghindari setiap bentuk balas dendam dan provokasi. Memang, banyak hal belum
terselesaikan, misalnya usaha mencari kebenaran dan keadilan, menemukan mereka
yang hilang, membantu para pengungsi, melindungi dan merawat para korban tindak
kekerasan. Namun patutlah kita syukuri adanya usaha-usaha perorangan atau kelompok,
yang tidak kenal lelah untuk melindungi hak-hak asasi manusia dan untuk
meningkatkan usaha pembaruan secara terus-menerus. Kita yakin setiap usaha
yang baik semacam itu selaras dengan kehendak Tuhan Sang Gembala yang amat
menyayangi kehidupan. Maka sepantasnyalah kita dukung usaha-usaha mereka. Lebih
dari itu kita perlu mewujudkan sikap berbelaskasih dalam tindakan nyata sebagai
pemenuhan panggilan Tuhan.
3.Dalam rangka melaksanakan perintah kasih itu,
kita perlu ikut mengambil bagian dalam karya penyelamatan Tuhan yang pe-nuh
belas kasih kepada kehidupan. Maka dalam semangat Natal ini,
marilah kita.
Pertama, memperdalam penghayatan iman
kita dalam rangka penjernihan hatinurani untuk menyayangi dan melindunginya
kehidupan manusia dan bahaya yang mengancamnya;
Kedua, melanjutkan dukungan dan
kerjasama dengan semua pihak untuk membantu pihak-pihak yang paling terkena
oleh dampak krisis sosial;
Ketiga, mendukung setiap usaha di
semua aras untuk menegakkan hukum yang berkeadilan demi keutuhan hak-hak dasar
hidup manusia dan kesejahteraan hidup bersama;
Keempat, mengembangkan semangat
persaudaraan sejati di ling-kungan
sendiri dan di
tengah masyarakat luas
dalam rangka me-ngembangkan
keutuhan hidup berbangsa dan perdamaian umat ma-nusia;
Kelima, mengambil bagian dalam
usaha-usaha pembaruan tatanan hidup bermasyarakat, sehingga reformasi semakin
mendalam dan berjalan terus menerus.
Semoga kasih setia Bapa,
kasih persaudanaan Yesus Kristus dan cinta penghiburan Roh Kudus membawa damai
sejahtera, kearifan, hatinu-rani yang jernih dan belas kasih bagi hidup bersama
kita.
Manilah pula kita memasuki
zaman baru milenium
ketiga dengan penuh pengharapan. Kami pun mengajak saudara sekalian untuk tetap
berdoa demi pulihnya kehidupan berbangsa dan kesejahteraan hidup setiap anggota
bangsa kita.
Secara khusus pada
kesempatan in marilah kita para pemuka jemaat dan seluruh umat dengan tulus
menyampaikan rasa hormat danpersahabatan
serta ucapan selamat kepada saudara-saudari kita, umat Islam, yang tengah
melakukan ibadat puasa di bulan suci Ramadhan dan perayaan Idul Fitri pada 1
Syawal 1421 Hijriah, yang jatuh ber katan dengan perayaan Natal.
Akhirnya kami sampaikan
selamat merayakan Natal tahun 2000, selamat Idul Fitri 1421 Hijriah dan Selamat
Tahun Barn 1 Januani 2001.
KONFERENSI WALIGEREJAPERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA
INDONESIADI
INDONESIA
Julius Kardinal
Darmaatmadja,SJ. Pdt. Natan
Setiabudi, Ph. D.